RACUN LIDONG


Berawal dari IG Story salah satu senior jaman kuliah (namanya Lidia, biasa dipanggil Lidong) tentang perjalanannya ke India.
Awalnya sih biasa aja, dia share perjalanannya mengeksplor kota New Delhi, lalu tergambarlah India dengan segala kesemrawutannya, kejorokannya.
Ga kebayang buat kesana, gamau juga.
Dan udah banyak dibahas juga sih sama selebgram.
Yaaa gitu-gitu ajaah..
Ga ada yang spesial, nothing tempting gituuuh..

Finding Artsy Hotel in Jogjakarta



Kota Jogja adalah salah satu destinasi favoritku dan sering ku kunjungi bersama bapak suami.
Iya, kota ini menyimpan sejuta kenangan, dari masa pacaran hingga kini.
Nah, kebetulan di bulan Maret kemarin, ada libur (yang gak panjang-panjang amat), jadi aku dan bapak suami berencana pergi ke Jogja selama 3 hari. Kali ini, karena kami liburan cuman berdua, jadi kami memutuskan untuk naik kereta aja, biar santai gitu ceritanya.
Untuk penginapan, aku udah punya incaran nih dan kebetulan banyak banget selebgram yang kasih review bagus. Emang udah jadi kebiasaanku untuk cari review dulu sebanyak-banyaknya sebelum booking hotel dan pilihanku jatuh pada..

YATS COLONY.


Book Review : "I am Sarahza"


Sebuah novel karya Hanum Salsabiela Rais yang tetiba dibawa pulang oleh bapak suami hasil pinjam dari teman, katanya. Dengan keukeuhnya dia bilang bahwa buku tersebut sangat direkomendasikan untuk dibaca. Aku sih iya aja, maksudnya ku terima dulu buku tersebut tapi perkara membacanya kapan kan terserah aku. hehe. Cukup lama ku biarkan buku itu menempati slot rak buku tanpa pernah ku sentuh.

Recalling Taiwan - Taipei Trip Memory #2

Hai.. hai..
Masih cerita soal Taiwan - Taipei niih...
Rasanya ga afdol gitu kalo udah dateng ke suatu negara (walaupun judulnya Business Trip) tapi ga ngubek-ngubek tempat-tempat oke disana. Ya kaaan? Iya aja siih..
Sekarang waktunya aku ceritakan beberapa tempat yang sempat ku kunjungi di sana..
Here we gooo..... 


Recalling Taiwan - Taipei Trip Memory #1




July 2016.
Aku mendapatkan tugas ke Taiwan - Taipei untuk menghadiri salah satu acara yang diadakan oleh TAITRA (Taiwan External Trade Development Council) yaitu "Asean Business Day".  Acara tersebut diperuntukkan untuk kami, para perwakilan dari beberapa perusahaan Indonesia, untuk bertemu para supplier terkait manufakturing yang berasal dari Taiwan - Taipei dan sekitarnya.

One of My Bucketlist !




Sesumringah itu senyumku.
Iyadooong.. karna akhirnya I ticked one of my bucket-list ! YAY!
Walaupun buat dapetinnya ga semulus senyum yang ada di foto; yang pada ikutan berburu tiketnya pasti tau rasa kewalahan buat sekedar masuk ke website ticketing.
Sebenarnya udah hampir putus asa, karena gak kebagian tiket yang di SG, trus dibuka di Philipines tapi entah kenapa dibatalin sama panitianya. Untungnyaaaaa si Bangkok ini muncul, dan websitenya ga sehectic SG punya. Alhamdulillaaah..Wa syukurillah..

A Fragile Heart..

Tadi malam, tangisku pecah..
Iya, saat berada di pangkuan suamiku, tangisku pecah tak tertahankan.
Begitu sesegukan, mungkin karena aku sudah tidak tahan untuk menahannya sendiri.
Dia memelukku erat sambil sesekali mengusap kepalaku dengan lembut.
Dia terdiam, iya.. tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Ku dengar nafasnya yang tenang, yang pada akhirnya menenangkan aku.
Ku selesaikan tangisanku, dan ku peluk lagi dirinya dengan erat.
Dalam hatiku aku kecewa, aku marah, tapi entah pada siapa?
Itu yang membuatku kesal.

Effortless Effort?

Rangkaian demi rangkaian usaha telah ku jalani.
Dimulai dari Laparoskopi yang dilakukan pada bulan Desember 2017.
Setelahnya rangkaian terapi pun ku jalani,
satu bulan,
dua bulan,
hingga bulan ketiga.
Tiga suntikan ku terima demi menjaga agar Endometriosis-nya tidak tumbuh lagi.
Puluhan butir obat,
kapsul, tablet, telah ku habiskan.
Pengharapan, doa, pun tak lupa selalu ku panjatkan.
Peluh, serta tangis tak luput dari diri ini.
Tapi ku selalu yakin, bahwa saat itu akan datang padaku.

Di bulan ke-5 di tahun 2018, kami mulai rangkaian program kehamilan.
Hari pertama di masa menstrual ku.
Pertama, diresepkan obat hormon bernama Profertil untuk ku minum sekali dua dalam sehari selama 5 hari dimulai pada hari ke-3 masa menstrualku. Suamiku diresepkan vitamin Imbumin.
Kedua, di hari ke-10, aku dijadwalkan untuk melakukan Hydro-tubasi (proses memasukan cairan antibiotik kedalam vagina untuk mengobati sekaligus mengecek apakah ada sumbatan dalam saluran tuba). Rasa perih dan "kemeng" ku tahan, ku hirup nafas dalam-dalam karena ya begitu adanya.. perih tak tertahankan! Dokter sesekali bertanya bagian mana yang dirasa lebih perih karena menurut penjelasannya bagian sakit itu merupakan titik penyumbatan.
Ku deskripsikan bahwa rasa perih itu hanya kurasai di tengah saja, dan itu menandakan bahwa tidak ada sumbatan di saluran kanan dan kiri.
Setelahnya, dua jam harus ku tunggu untuk melihat reaksi tubuhku atas antibiotik yang tadi dimasukkan.
Ternyata benar, seketika muncul bentol-bentol kecil yang berubah menjadi bentol besar.
Alergi! Obat anti alergi pun lalu disuntikan lewat bokongku.
Ketiga, di hari ke-13 waktunya mengecek sel telurku. USG Transvaginal.
Kala itu ada 3 sel telur yang menurut dokter sudah dalam keadaan sangat baik di saluran indung telur kananku (ukurannya 3.7cm), namun masih PCO bagian kiriku. Setelahnya ku terima suntikan Ovidrel (pemecah telur) di perut.
Keempat, hari ke-14 dan ke-16, aku dan suami dijadwalkan untuk bersenggama.
Semua rangkaian tersebut sudah selesaikan dengan baik.
Aku menunggu, semua gejala kurasai.
Sakit payudara,
Kram perut,
Sakit kepala,
Sensitif terhadap bau-bauan,
kesemuanya menunjukan gejala-gejala yang aku maui.
Namun ternyata hasil berkata lain.
Di bulan ke-6, tamu bulananku masih datang..
Sedih?
Bukan main.
Aku coba menghubungi dokter via whatsapp namun tak ada jawaban, akhirnya ku putuskan untuk booking jadwal konsultasi.

Bulan ke-6.
Tepat di hari ke-3 masaa menstrualku, rangkaian pun ku mulai lagi dari awal.
Profertil masih diresepkan untuk ku minum lagi selama 5 hari di waktu menstrualku, juga Glucophage dan Asam Folat yang menjadi pendamping setia.
Hari ke-5 dan ke-6, dua suntikan Gonal-F ku terima di bagian perutku, juga proses Irigation (proses pembersihan vagina untuk membuka jalan sperma menuju rahim), tidak ada rasa sakit, hanya sensasi dingin dalam vagina.
Hari ke-13, proses pengecekan sel telur, seperti biasanya, USG Tranvaginal.
Seperti sebelumnya, sudah ada tiga buah sel telur dalam kondisi sangat baik di sisi kiriku (dengan ukuran 3.17 cm), namun dokter sedikit merasa kecewa karena tidak ada sel telur di sisi kananku. Namun, alhamdulilah masih ada sel telur yang menunjukan bahwa kondisiku tidak ada masalah, subur jelasnya. Suntikan Ovidrel pun tidak lupa ku terima di perutku.
Dan seperti sebelumnya lagi, di hari ke-14 dan ke-16 adalah jadwal bersenggama.
Oya, saat sesi terakhir aku menerangkan bahwa aku mengalami keputihan dan gatal di bagian vagina, lalu dokter melakukan proses irigasi kembali dan menambahkan injeksi cairan NaCl untuk membunuh bakteri yang menyebabkan keputihan tersebut.
Semua rangkaian telah kulakukan dengan baik lagi kali ini.
Dokter dengan sangat santai menerangkan bahwa tugasku dan suami juga dirinya hanya berusaha, Tuhan lah yang punya KUASA.
Berdoalah dengan sungguh-sungguh, pintanya.

Dengan harapan baru, semangat baru.
Berdoa.
Berharap.
Berbaik sangka.
Kesemuanya telah kulakukan.

Namun hari ini,
semua gugur lagi,
hati ini hancur,
ku ingin marah.
ku kecewa.
pilu!

Sabar?
ku sudah menabung itu sejak lama..
rasa-rasanya sudah menggunung.
Apalagi yang harus ku lakukan?
Pintaku sudah dengan sungguh-sungguh.
Pintaku dengan sangat.

Pintamu untuk ku tetap tegar.
Pintamu untuk ku tetap sabar.
Pintamu untuk tetap bertahan,
agar jangan runtuh pengharapanku,
agar jangan runtuh keyakinanku.
Jika itu maumu,
baiklah.
Kita lakukan sama-sama.








Heart - broken

Hai.
Apa kabar?
Kabarku kini sedang tak baik.
Iya, banyak sekali yang ku rasai saat ini.
Pernah kamu berusaha sudah begitu banyak tapi hasil yang kamu harap tak kunjung datang?
Sedih?
Kecewa?
Marah?
Campur aduk!
Tapi entah pada siapa semua perasaan itu harus ditumpahkan?
Diri sendiri?
Suami?
Tuhan?

Ketika rangkaian usaha telah dilakukan, dengan gigih.
Namun hasil akhir tidak sesuai dengan pengharapan yang sudah diatur sedemikian rupa.
Rasanya hancur, tak berkeping.
Orang lain dengan mudahnya melontarkan kata "sabar" banyak-banyak padaku.
Tapi, apa mereka tahu perasaanku? 
Apa mereka benar-benar mau mendengarkan keluhanku?
Setidaknya, hati ini butuh didengar tangisannya. 
Hati ini merasa sakit,
pun kecewa.
Apa salah?



School is no more Fun as it was.

Sekolah.

Apa sih yang pertama kali kalian ingat ketika kata itu muncul?
Kalo buatku sekolah adalah rumah kedua untukku,
rumah yang bisa menjadi tempatku bermain, juga tempat aku dididik untuk menuntut ilmu.
Di rumah itu diisi oleh aku sebagai siswa dan sosok anak, guru yang merupakan sosok orang-tua keduaku, dan juga teman-teman yang menjadi keluarga besarku.
Semenyenangkan itulah gambaran sekolah pada jamanku.
Iya, aku juga dijejali banyak pelajaran dan pekerjaan rumah, tapi itu justru yang membuatku candu.
Hingga pada saat guruku lupa memberikan pekerjaan rumah, aku dengan sukarela menagihnya, dan kesalku dibuatnya jika tidak digugu.
Semenyenangkan itu belajar buatku kala itu.
Waktu belajar di sekolah juga panjang, dari hari Senin hingga Jumat, dan juga hari Sabtu yang diisi oleh kegiatan ekstrakulikuler, pukul tujuh hingga satu.
Tapi aku tak jemu karena itu, justru rindu jika tak bertemu.
Iyalah, dengan teman dan guruku tentunya.

Sekarang?
Bukan seperti rumah buatku dulu.
Sekolah telah beralih fungsi, bukan tempat untuk menuntut ilmu seperti dulu, tapi tempat mengadu ilmu.
Siswa sudah tidak dianggap sebagai sosok anak, yang sepatutnya dididik,
karena untuk bisa masuk sekolah dasar saja, mereka dituntut untuk sudah bisa membaca dan menulis,
Jika tidak? ya tidak bisa daftar sekolah.
Lalu guru? tinggal menunggu.
Itu yang kutahu.
Semengerikan itu sekarang sekolah buatku.
Belum lagi, kurikulum yang dibuat setinggi langit, dengan cita-cita untuk menyetarakan kualitas siswa di sini dengan mereka yang di luar sana (entah luar negeri atau luar planet).
Dengan istilah sistem pembelajaran"HOTs" (High-Order Thinking Skill) dan "LOTs" (Low-Order Thinking Skill), yang lagi-lagi, bercita-cita untuk meningkatkan level kualitas siswa jaman now, sehingga tidak hanya sekadar mengetahui dan memahami, tapi juga bisa  menganalisa dan mengevaluasi suatu persoalan.

Contoh Soal HOTs - level SD


Untuk sebagian besar masyarakat mungkin setuju dengan ide sistem pembelajaran seperti di atas, tapi buatku nanti dulu.
Istilahnya bikin ngeri-ngeri, sedep, 
bagian dari cita-cita luhur dan mulia, sebenarnya,
Tapi, lagi-lagi, perlu sasaran dan tempat yang tepat, terlalu dini jika hal tersebut langsung diterapkan dari level sekolah dasar.
Kenapa? Karena stigma yang didapat dari belajar di sekolah akan menjadi negatif bagi para siswa SD.
Bikin pusing, bikin stress, bikin ga rindu sekolah,
Kenapa? Karena terlalu berat, mereka ga akan kuat, sana kamu saja! (deeeeuuhh.. )
Ya namanya juga Sekolah Dasar.
Ya idealnya, mereka juga belajar dari level terdasar, cukup di level mengingat, mengetahui dan memahami saja dulu.
Untuk kreatifitas dan pemecahan masalah, tinggal disisipi keterampilan & kerajinan tangan, ekstrakulikuler (menari, membaca puisi, olahraga, pramuka).
Di level ini, buatlah sekolah menjadi semenyenangkan seharusnya, membuat nyaman, dan bisa dirindukan.


Intinyaaa siiiihh, semua butuh bertahap.
Bayi sebelum makan nasi juga makan yang lembek-lembek dulu, bubur, tim, baru lah makan nasi.
Kalo langsung makan nasi, gimana?
Ya boleh-boleh aja, tapi pasti sistem pencernaannya bakalan keganggu, entah jadi sembelit atau malah jadi mudah-berak (mencret).
Pertumbuhan motorik anak pun bertahap, dimulai dari tengkurep, merangkak, berjalan dengan bantuan, sampai mahir berjalan sendiri, sehabis itu melesat sendiri, berlari.
Begitupun idealnya dalam hal belajar.
Gitu gak?
Ya gitulah pokoknya. 



Akan dirasa sangat berbeda jika hal tersebut diterapkan di middle level, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). 
Right Time, Right Place, Right Goal.

Assumption or Reality?

Her : "Udah pindah kerja ya sekarang?
Me  : "Gak pindah, cuman ganti kerjaan aja.. Tadinya ngurusin pabrik, sekarang ya ngurusin rumah."
Her : "Kayaknya sih enak ya.. walaupun di rumah tapi semuanya terpenuhi. Lah kalo saya?"
       

Begitulah penggalan percakapan dengan seorang teman akan kondisi saya saat ini.
Iya, sudah terhitung tiga bulan sejak saya beralih profesi menjadi ibu rumah tangga.
Enak?
Kalo ditanya enak apa enggak, ya enaaaaakk..

  • Enaknya karena kuping dan kepala adem terus. Tadinya? Jangan ditanyaaaa..Kuping panas, ya kepala apa lagi! sampe itu urat-urat di kepala bermunculan. Ragam konflik dari internal sampe eksternal perusahaan harus dikelarin hari-harinya, kalo ga kelar.. ya kebawa sampe rumah dan ujung-ujungnya berantem sama yang punya rumah alias bapak suami.
  • Enaknya karena hati tentram damai. Tadinya? tadinya banyak makan hati. Ya yknowlaah.. sebagai karyawan yang levelnya ga tinggi-tinggi amat dan ga bawah-bawah amat, tau dong posisi tengah, posisi paling ga enak, kenapaaa? karena kehimpit sana-sini, udah diteken sama atasan, ya bawahan juga. Yajadinya, tiada tempat mengadu, selain telen sendiri dah tuh masalah. Nyampe rumah, kalo cerita sama bapak suami ya ujung-ujungnya ribut lagi.. telen lagi kan.
  • Enaknya lagi dompet aman terkendali. Tadinya? awur-awuran.. ongkos bensin, makan siang, belom pulang kerja nongkrong dulu sama temen-temen kantor.. yaaaah susah banget buat dikontrolnya..kalo habis? ya suami komplen lagi kenapa bisa habis dan sampe ga kekontrol, ujungnya udah pasti taulaaah... ribut lagi.

Trus yang dimaksud "enak" sama temen saya itu apakah sama dengan "enak" versi saya?
Jawabannya, enggaaaak sama.
Kenapa bisa gitu?
Karena dia ga mengalami apa yang saya alami,
Karena dia ga memahami apa yang saya pahami,
Karena dia ga mengetahui apa yang saya ketahui,
Karena dia ga merasakan apa yang saya rasakan,
Karena dia hanya melihat apa yang saya tampilkan secara visual di satu sisi saja,
Iya, yang kelihatan enaknya aja.
yang ga enaknya? ya saya simpan sendiri.
Well.. hal ini yang sebenarnya mau saya bahas,
Tentang begitu hebatnya asumsi atau bahkan kesimpulan dibuat berdasarkan apa yang tersaji di ruang publik dan hal tersebut kerap terjadi di jaman sekarang ini.
Iya, saya sih ga ada masalah dibilang hidup saya enak ya sekarang, alhamdulillah.
Tapi, jadi masalah kalo dia pada akhirnya mencoba membandingkan keadaannya dengan saya saat ini, and THIS IS WRONG!
It would make you feel less-in everyway you see your condition.
Hey peopleeee!
Untuk merasa terpenuhi, ya dengan selalu merasa cukup.
cukup dengan keadaanmu sendiri.
cukup atas usahamu sendiri.
cukup bersyukur atas yang kamu punyai saat ini.
Don't compare your life to others, unless you'll get hurt.
Because in every good thing you see from others;
there are people who are struggling to get their enough life.
Enough is enough.
Chin up, peeps!

Rindu karna Dilan.

"Aku rindu.."
"Jangan rindu, itu berat.. kamu tak kan kuat.. biar aku saja."



Sepenggal percakapan yang begitu melekat dalam ingatan selepas menonton film yang saat ini sedang hits.
Iya, Dilan -- tahun 1990.
Film yang begitu saya, (dan mungkin abege kebanyakan), tunggu-tunggu.
Film yang menurut saya sangatlah apik dan tidak mengecewakan.
Kenapa bisa begitu?
Ya karena, diantara kebanyakan film yang diadaptasi dari novel, yang biasanya menyimpang jauh dari intisari cerita, yang biasanya lebay layaknya sinetron,
Film Dilan -- tahun 1990, menjelma menjadi sebuah visualisasi nyata dari cerita yang selama ini telah saya baca, dibuat sangat runut sesuai dengan alur yang disuguhkan dalam novel.
Tidak ada yang dilebih-lebihkan, semuanya terasa begitu pas.
Pas dengan ekpektasi dan khayalan saya, yang pada akhirnya membuat saya jadi mesam-mesem sendiri, hehehehee.
Daaaaan, pada akhirnya begitu mengidamkan sosok Dilan, melebihi apa yang sudah saya idamkan pada saat saya membaca novelnya.







Dilan...
Karna kamu, beberapa memori terdahulu berjibaku.
Iya, waktuku dulu saat merindu,
yang terkadang terasa pilu.
Hal yang selalu ku tunggu.

Sudah lama ku lupa rasa itu.
perut serasa dihinggapi kupu-kupu,
yang kadang buat ku ingin melagu.

Oh, Dilan..
kadang ku kelu,
untuk mengungkap itu...




Tickling Thought

Hello again...
It's not been a month yet in the new year, but many things happened and changed recently.
What's that?
Start from my self-recovery after the surgery and my profession which is way different now.
Oh yeees, a big change is that I'm no longer working for my company, and I'd love to tell that I'm currently a full-time housewife which means that my whole time will be dedicated to my house and my husband.
he he he... guess so.


Being a housewife has given me much time to enjoy and to think..
But, actually its kinda hard to spare my time and thought to post a new blog because I need something bothering or tickling to be written..
Theenn.. a thought came into mind while I was showering.
Yes, I reckoned my last nite chit-chat with a best friend of mine which more likely talking about self-appreciation or self-satisfaction.

Well, I know that people have been gifted "mind" making them think, feel, perceive things with their own way.
Yes, people think differently.
See things differently.
Value things differently.
They set their own perspective about things.
Yes, we are all different.
But I've seen two different kinds of people when I was working.

here they are:


First.
There are people who see things based on the value,
these kind of people always try to show-off and seek others' attention of "what they have..," and "how much they have..," regardless the process,
these kind of people would not pay attention or even care to others' things and others' works,
these kind of people will be proud and find their self-satisfaction on others' recognition,
these kind of people easily find themselves down once their works or efforts unrecognized or depreciated,
then demotivated by themselves, by their own values.

Second.
There are people who see things based on the process,
these kind of people always try to do and seek other's attention of "how they do..", "what to do.." and "why do such .. ", regardless the result,
these kind of people would care to do the right things and make things right,
these kind of people will be proud and satisfied of themselves without others' recognition,
these kind of people does not need others' appreciation,
as long as the whole process is right then everything is just fine,
to them, recognition and appreciation is like a bonus,


Which one are you then?
I'm wondering myself to be categorized as which?
hmmmmm.....
I look into myself as a hard-headed person who does not care of anyone thought,
or who they really are,
I easily find myself lost temper once I got something I guess not right,
I dont care about the recognition or even appreciation,
I dont care of what I get or lose,
because I've got nothing to lose, I guess,
I put my efforts to do the right things regardless the result I will get.
I always remind myself that good things come within the right things.
That's all I have and believe in mind.
Now and then.



Note: I am not trying to be a judgemental, there's no such things as good or bad, better or worse. I'm just trying to highlight that people are all different (yes we all are) and the categorization is only made based on my own experience meeting some peeps.