ada yang salah dengan jawaban yang aku lontarkan?
jika iya, jawab saja dengan lantang.

ketika kamu mengharapkan sebuah jawaban yang kamu kehendaki,
tolong jangan suguhkan pertanyaan itu untukku.

karna jawaban yang aku lontarkan akan tetap salah untukmu,
tolong jangan ulangi pertanyaan itu untukku.

bisa?

semua karna lapar.

beginilah jahatnya lapar yang datang di tengah malam.. iya. dia buatku terjaga semalaman, ga karuan.
yang lebih jahatnya lagi, aku ga cuman bisa diam.
sekelebat tanya selalu saja mampir di kepalaku.
barangkali hanya untuk memastikan bahwa si sang empunya pikiran masih dalam keadaan waras wal'afiat.
yang artinya, aku masih dibuat pusing oleh pertanyaan yang kadang tak menemui jawaban.
yah.. aku selalu yakin tentang hal itu.
bahwasanya, orang waras selalu menemui kepusingan tentang itu, eh atau sebaliknya? haha..

hmm..
pernah cukup yakin bahwa setiap pertanyaan pasti mempunyai jawaban?
aku pernah.
ketika seseorang dengan bersusah payah membuktikan bahwa.. yaah! tiap pertanyaan itu selalu punya jawaban looohh..
dengan penuh semangat membara dia mengeluarkan bermacam contoh pertanyaan yang pada akhirnya menemui jawabannya.
tapi bagaimana dengan pertanyaan yang satu ini?
pertanyaan yang kadang berkelebat di otakku.. yang kadang kala muncul, timbul tenggelam kiranya.
pertanyaan ini memang cuman aku saja yang tau, dan barangkali cuman aku (lagi) yang tau jawabannya.
tapi justru itu, aku sendiri pun ga pernah tau sampai kapan pertanyaan ini akan menemui jawabannya.
atau malah gakan pernah ketemu jawabannya sampai kapanpun?

katanya orang sih, ini yang dibilang masa transisi.
ketika kamu dihadapkan dengan berbagai pertanyaan yang (nampaknya) ga pernah menemui jawabannya.
yah ketika kamu merasa kalah karena sekeras apapun kamu berpikir, ulang dan mundur serta runut, pada akhirnya kamu tetap tak menemui jawaban.

yah..
untuk pertanyaan ini, barangkali cuman aku yang tau.
untuk jawaban, mungkin kamu tau?
tak juga ya?

ah, beginilah jahatnya lapar.

sempat, aku merasa ada yang hilang.
tiada yang bisa menggenapkan bahagiaku selain mereka.
tanpa adanya cerita yang bisa aku bagi (lagi),
tanpa adanya sedih yang aku keluhkan (lagi),
tanpa adanya ceria yang aku tularkan (lagi),
yah, kosong.

Dulu, ada sebuah ruangan yang dengan sengaja aku sekat dan sisihkan untuk mereka.
yang akhirnya, sekarang tak terpakai.
mereka bukan dengan sengaja meninggalkan ruangan itu.
mereka perlahan menghilang, yang mungkin dengan tanpa sengaja meninggalkan aku seorang.

bahagiaku ga akan pernah menjadi genap, pikirku dulu.

syukur.
ya mungkin hal tersebutlah yang sanggup menggenapkan bahagiaku sekarang.

untuk sesuatu yang menenangkan dan menyenangkan.
yah, untuk rasa disayang tanpa pamrih.