Aku adalah seburuk-buruknya aku, bukan aku-yang-dirimu.
Yah, aku tau.
Buruk, tanpa ada embel-embel rupawan diantaranya.
aku tau, tak perlu kau beritahu.
Terimakasih.

duapuluhsatu januari.

Bulan Januari.
Tertanggal 21 tahun 2012.
Ah, Singapur!
Bukan, bukan itu yang membuat tanggal itu berbeda.

Bukan tempat, atau jarak yang membuatnya terasa berbeda.
Ya, walopun terkadang. Si jarak itu sering ketiban cerca disela pertengkaran yang tengah berlangsung.
Selalu? Ah untungnya tidak.
Barangkali, selama lima bulan terakhir ini, si jarak itu selalu 'eksis' dalam perbincangan kami.
Ya, kami. Aku dan dia.

Oh yah..
Tak ada kami sebelumnya. Tepatnya, sebelum tahun menjadi genap, dan waktu belum menginjakan kaki di tanggal atau bulan yang aku sebutkan di atas.
Ya.. Cuman ada aku tanpa kamu.

Hari itu, tepatnya tanggal 25 Desember 2010.
Ucapan selamat yang hanya sekadarnya itu. Kamu ingat?
Yah, tanpa aku punya rencana dan mengada-ada. Aku hanya membuka kata, kalimat lah pastinya.
Tak pernah sedikitpun terlintas, dalam benak apalagi dalam otakku.
Bahwa, ucapan yang hanya sekadar itu bisa membuat semuanya berubah.

Ya, seperti saat ini.
Aku dan kamu.
Satu?
Ah tetap saja dua.
Tapi hati kita, satu. *hahai*

hahaha..
Kamu tau rasanya?
Sini aku beri tahu.

Semacam alien yang akhirnya menemukan planet untuk dihuni.
Bukan sekedar sementara, ataupun bersinggah.
Tetapi untuk menetap, menetaskan keturunan dan membuat koloni.
Yah begitulah kiranya rasanya.
Paham?
haha.
Sudahlah.

Terimakasih untuk satu tahun yang melelahkan.
Lelah, sayang?
Ah. Kamu pasti bercanda.. hehe.
Aku haturkan terimakasih tanpa lelah untuk kamu, sayang.
Tetaplah seadanya, tanpa dilebih-atau-dikurang-kan.
Tetaplah seperti itu.
Aku sayang kamu.

Teruntukmu, kawan.

Dengan inilah aku membenci malam.
Dingin, senyap, tak berkawan.
Ada sih kawan. Yah, cuman AC yang masih bekerja keras tanpa lelah untuk sekedar memberi udara segar terhadap kamar yang sedikit terasa pengap.
Pengap karena udara yang semestinya bebas berhamburan, kini mulai habis terpakai oleh diriku seorang.
Yah ini karena si malam yang telah membuat aku terjaga semalaman.
Jadi, jangan salahkan aku.

Aah..malam!
Aku benci senyap.
Dengan demikian, aku seakan tak berkawan.
Atau memang tak berkawan?
"Aku punya kawan tau!" Elakku.
Yah, kawan yang 'dulu' selalu terselip di sela hariku.
Kata-kata tak penting, cerita tak penting.
Begitulah, Aku dan kawanku.

Tapi Malam ini.
Dan mungkin, malam sebelum dan setelahnya.
Aku selalu merasa enggan untuk membuka kata.
Bahkan untuk sekedar "apa kabar?" saja rasanya.. Entahlah!
Seperti tercekat oleh keengganan dan keseganan.

Hm..
Tak pernah terpikir olehku malam akan sesenyap ini.

Aku ingin semua menjadi sebiasanya.
Seperti "dulu"?
Ah ya..
Ketika aku selalu menyelipkan mereka di sela hariku.
Disela kata yang akan aku bagi pada mereka.

Aku ingin semua menjadi sebiasanya.
Seperti "dulu"?
Ya..
Ketika aku merasa rindu.
Dan, tanpa 'keengganan' ataupun 'keseganan', aku sampaikan rindu pada mereka.

Namun, sekarang.
Ya.. saat ini.
Malam begitu senyap.. tak berkawan.
Aku pun tetap merasa enggan, segan untuk sekedar berujar,
"Aku rindu,kawan."