Book Review : "I am Sarahza"


Sebuah novel karya Hanum Salsabiela Rais yang tetiba dibawa pulang oleh bapak suami hasil pinjam dari teman, katanya. Dengan keukeuhnya dia bilang bahwa buku tersebut sangat direkomendasikan untuk dibaca. Aku sih iya aja, maksudnya ku terima dulu buku tersebut tapi perkara membacanya kapan kan terserah aku. hehe. Cukup lama ku biarkan buku itu menempati slot rak buku tanpa pernah ku sentuh.



Akhirnya pada hari itu, aku putuskan untuk mulai membacanya.
Halaman pertama, kedua dan seterusnya..
Aku langsung larut dalam imajinasiku.
Mungkin karena akhir-akhir ini aku sedang dilanda kegalauan, persis dengan cerita yang ada dalam buku yang sedang ku baca. Jadi, dengan hanya membacanya,  aku seakan memiliki teman untuk berbagi perasaan.
Semua rasa sakit, sedih, dan emosi yang bergejolak yang tergambarkan dalam buku seakan menjadi gambaran perasaanku kala itu.
Iya, seperti itu, persis seperti itu rasanya.

Hanum Rais, sapaan akrab penulis novel tersebut, menceritakan pengalaman pribadinya dalam perjuangan untuk memiliki keturunan. Ragam usaha ditempuhnya untuk melancarkan hajat tersebut.
Bukan hanya sekali atau dua kali, tapi berkali-kali namun hasilnya belum sesuai dengan harapan. Rasa putus asa Hanum selalu diimbangi oleh bermacam support dan kegigihan dari sang suami dan juga kedua orangtuanya menjadikan novel ini begitu syahdu.

Narasi novel ini dibuat dari sudut pandang orang ketiga, yaitu sang calon bayi dari alam rahim. Dengan ini, tergambarkan bahwa usaha tidak hanya dilakukan oleh Hanum dan suaminya, tetapi sang calon bayi yang selalu setia dan menunggu takdirnya untuk berada diantara calon kedua orangtuanya.
Alur yang tersaji pun dibuat maju mundur, dimaksudkan untuk menunjukan runutan peristiwa yang Hanum dan suami alami kala itu, dan mungkin juga untuk menunjukan adanya konsekuensi atas aksi yang terjadi sebelumnya.
Namun, saya sih sedikit terganggu dengan adanya sisipan berbau politik dalam novel ini.
Mungkin karena waktu penulisan novel ini bertepatan dengan keterlibatan bapaknya dalam pemilu presiden RI kala itu.
Ya gak apa-apa sih sebenernya, toh Hanum Rais memang anak dari Amien Rais, sang tokoh politik. Pasti sedikit banyak kehidupannya terpengaruhi dengan karir orangtuanya.

Semakin jauh membaca, aku semakin terlarut di dalamnya seakan kesemuanya terjadi benar-benar di depan mata.
Aku mulai membandingkan semua usaha yang telah ku lakukan saat ini dengan apa yang sudah Hanum jalani.
Oh, sangat tidak ada apa-apanya, pikirku.
Bahkan tidak sampai setengahnya.

Iya, seketika hati ini mulai mendapatkan keyakinannya kembali.
Diri ini mulai dikuatkan lagi.
Aku teringat dengan pepatah bahwa,

"Usaha tidak pernah mengkhianati hasil."


Jadi cukupkan keyakinan dalam dirimu bahwa setiap usaha yang telah kamu lakukan akan selalu terhitung, dan jangan pernah padamkan harapan karena disanalah dia akan tetap hidup.
Cukup yakinlah...


Oya,, jangan lupa untuk menyiapkan cukup tissue saat membaca novel ini.
Bukan ingin mendramatisasi, tapi dengan kegalauan yang ku punya, novel ini banyak menguras air mataku..


No comments:

Post a Comment