caci-mencuci diri.

Disinilah, saya berdiri, mencaci diri.
Membiarkan dagu menengadah, menghadap langit yang terbatas. Yah.. langit-langit kamar maksudnya.
cubicle berukuran 3x4 meter yang menjadi tempat saya menghamburkan nafas semalaman.
Entah apa lah itu yang mengendap-endap masuk ke pikiran saya, yang pasti sekarang saya agak cemas. ah, tak jelas! tapi bikin cemas. ah selaluu..
Dalam hal ini, saya mulai mencaci.
Diri yang terbiasa cemas akan sesuatu yang tak jelas, payah.
Selalu.
mencoba menghindar tapi tetap saja si cemas yang berjaya.
Saat ini, kembali mencaci.
Hal yang seharusnya tak nampak malah menghabiskan ruang gerak dan nafas sehingga membuat rongga dada yang seharusnya terisi cukup udara pun protes dengan sesaknya.
lelah mencaci, akhirnya diri mengakui...
Bahwa saya (memang) sangat payah dalam hal ini.


No comments:

Post a Comment